Powered By Blogger

Sunday, December 23, 2018

BAHASA INDONESIA


Hay sobat smart semuanya, selamat datang di SMART AKSARA MEDIA EDUKASI. Kali ini kita akan membahas tentang BENTUK BAKU DAN TIDAK BAKU. Yang kita tau bentuk baku dan tidak baku ini tidak penting untuk kita pahami. namun ada bagian dari bentuk baku dan tidak baku ini yang memiliki arti dan cara pembacaan yang berbeda dari yang kita kira. Okey sobat smart, langsung saja kita masuk untuk ke pembahasannya. Selamat belajar ☺



BENTUK BAKU DAN TIDAK BAKU

A. Manakah pelafalan ABRI yang benar [abri] atau [a-be-er-i]

          Singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia dilafalkan dengan cara yang berbeda. Singkatan selain dilafalkan huruf demi huruf, juga dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, seangkan akronim lazimnya dilafalkan sebagaimana kata biasa. Sejalan dengan itu, SMAN, misalnya seperti halnya BRI, BNI, dan DPR tergolong singkatan yang dilafalkan huruf demi huruf . Oleh karena itu singkatan tersebut dilafalkan dengan [es-em-a- en]. [be-er-i], [be-en-i], dan [de-pe-er].
          Berbeda dengan singkatan itu ABRI dapat dilafalkan dengan dua cara berdasarkan dua pertimbangan yang berbeda. Jika dipandang sebagai singkatan, ABRI dilafalkan huruf demi huruf menjadi [a-be-er-i]. Akan tetapi, jika dipandang sebagai akronim, ABRI dilafalkan dengan [abri].
Dua sudaut pandang itu timbul karena di satu pihak ABRI dapat dipandang sebagai singkatan dan di pihak lain dapat dipandang sebagai akronim. ABRI dapat dipandang sebagai sangkatan karena terbentuk dari gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya BRI,BNI,dan DPR. Di pihak lain, ABRI dapat dipandang sebagai akronim karena dapat dilafalkan sebagai kata biasa, seperti halnya SIM, Akmil, dan tilang. Dengan demikian, perbedaan sudut pandang itu pun pada akhirnya dapat menyebabkan perbedaan dalam pelafalannya.
Walaupun dapat dilafalkan dengan dua cara , pelafalan yang lazim untuk ABRI ialah [abri]. Sangat jarang pemakai bahasa yang melafalkan dengan [a-be-er-i]. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ABRI lebih cenderung dipandang sebagai akronim.

B. Bagaimanakah Melafalkan Singkatan dan Akronim Asing?

            Singkatan akronim asing pelafalannya diperlakukan agak berbeda dengan singkatan dan akronim bahasa Indonesia. Sebagai singkatan, huruf dari bahasa mana pun dilafalkan menurut namanya dalam abjad bahasa kita. Oleh karena itu, singkatan asing pun dilafalkan seperti halnya bahasa kita.
Misalnya:
Singkatan           Lafal baku                   Lafal Tidak baku
FAO                  [ef-a-o]                        [ef-ey-ow]
IGGI               [i-ge-ge-i]                    [ay-ji-ji-ay]
BBC                 [be-be-ce]                [bi-bi-si], [be-be-se]
AC                    [a-ce]                        [ei-si], [a-se]
WC                   [we-ce]                   [dabiyu-si], [we-se]
TV                   [te-ve]                          [ti-vi]
TVRI                [te-ve-er-i]                   [ti-vi-er-i]

               Ketika bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, pelafalan [be-be-se], [a-se], dan [we-se] untuk singkatan asing BBC,AC, dan WC dapat dibenarkan sebab pelafalan itu sesuai dengan nama huruf c dalam ejaan lama, yaitu se. Akan tetapi, sejak EYD diresmikan dan nama huruf c mengalami perubahan dalam abjad kita, pelafalan BBC, AC, dan WC pun berubah sesuai dengan nama huruf yang berlaku sekarang. Dengan demikian, pelafalan BBC, AC, dan WC dengan [be-be-se, [a-se], dan [we-se] sekarang dipandang tidak baku. Pelafalannya yang baku ialah [be-be-ce], [a-ce], dan [we-ce] karena disesuaikan dengan nama huruf c, yaitu [ce].

              Dalam hubungan itu, singkatan asing tidak dilafalkan sesuai dengan lafal asingnya karena hal itu dapat menyulitkan para pemakai bahasa kita. Jika singkatan dari bahasa Inggris harus dilafalkan menurut nama huruf dalam bahasa Inggris, misalnya , bagaimana kalau kita dihadapkan pada singkatan dari bahasa asing yang lain, seperti Prancis, Rusia, Jerman, dan Jepang? Berapa banyak masyarakat kita yang mengenal nama huruf di dalam bahasa-bahasa itu? Bagaimana pula melafalkan huruf dalam bahasa-bahasa itu, tentu tidak banyak yang tahu.

            Dengan pertimbangan bahwa orang Indonesia yang paham bahasa Indonesia dengan abjadnya lebih banyak daripada jumlah orang yang mengenal bahasa asing dengan abjadnya, sebaiknya singkatan dari bahasa mana pun, demi kejelasan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat luas, dilafalkan menurut nama huruf yang terdapat dalam abjad bahasa Indonesia. Jadi, singkatan asing yang terdapat dalam bahasa Indonesia tetap dilafalkan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
              Berbeda dengan singkatan, akronim lazimnya dipandang seperti halnya kata biasa. Dalam hal ini, akronim asing pun dipandang identik dengan kata asing. Kalau kata asing dilafalkan mengikuti lafal aslinya, akronim asing pun dilafalkan sesuai dengan lafal akronim itu dalam bahasa aslinya. Dengan demkian, akronim asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia, terutama yang pemakaiannya sudah bersifat internasional, dilafalkan sesuai dengan lafal bahasa aslinya.
Misalnya:
Akronim                Lafal baku                   lafal Tidak Baku

Unesco                  [yunesko]                    [unesko]
Unicef                 [yunisyef]                    [unicef]


C. Bagaimana Melafalkan Huruf C Pada Kata Pasca Dan Civitas Academica?

            Kata pasca dan civitas academica berasal dari bahasa yang berbeda. Kata pasca berasal dari bahasa Sanskerta, sedangkan civitas academica dari bahasa Latin. Oleh karena asalnya berbeda, cara melafalkannya pun tidak sama.

            Huruf c pada kata pasca, sesuai dengan bahasa aslnya, dilafalkan dengan [c], dan bukan [k]. Sejalan dengan itu, kata pasca pun dalam bahasa kita dilafalkan dengan [pasca], bukan [paska], misalnya pada pascapanen [pascapanen] dan pascasarjana [pascasarjana]. Di dalam kamus pun tidak ada keterangan yang memberi petunjuk bahwa pasca harus dilafalkan [paska]. Oleh karena itu, pascapanen dan pascasarjana tidak dilafalkan dengan [paskapanen] dan [paskasarjana], tetapi dilafalkan dengan [pascapanen] dan [pascasarjana]. Bandingkan pelafalan pasca dengan panca, yang juga merupakan unsur serapan dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Sanskerta. Dalam hal ini panca pun dilafalkan dengan [panca], bukan [panka], misalnya pada kata Pancasila dan pancakrida.

            Huruf c dari bahasa latin, seperti halnya dari bahasa Inggris, tidak dilafalkan dengan [c], tetapi di satu pihak huruf itu dapat dilafalkan dengan [s], dan di pihak lain huruf itu dapat dilafalkan dengan [k]. Huruf c asing, sesuai dengan penyerapannya, dilafalkan dengan [s] jika huruf itu diikuti oleh huruf e, i, dan y.
Misalnya:
            cent                  --------              sen
            central              --------              sentral
            circulation        --------              sirkulasi
            cylinder           -------               silinder
Huruf c asing dilafalkan dengan [k] jika huruf itu diikuti  oleh huruf a, u, o, dan konsonan.
Misalnya:
            corelation         ----------            korelasi
            calculation       ----------            kalkulasi
            cubic                ----------            kubik
            construction     ----------            konstruksi
            classification    ----------            kalsifikasi
Sejalan dengan keterangan itu, huruf c pada civitas pun dilafalkan dengan [s] karena terletak di muka i, tetapi pada academica, huruf c dilafalkan dengan [k] karena terletak di muka a. Dengan demikian, civitas academica dilafalkan dengan [sivitas akademika], bukan [sivitas academica].


sumber pembelajaran ini didapat dari : http://www.agoeshendriyanto.com/2018/11/materi-kuliah-bab-6-bentuk-baku-dan.html?m=1 

No comments:

UAS PENDIDIKAN INFORMATIKA

Kali ini saya akan membuat tutorial mengenai cara membuat raport secara otomatis di excel, baik menggunakan vlookup, hlookup, dan data....