Agama
dan Agama Islam
A.
Arti
Agama dan Agama Islam
Agama secara umum
mengandung maksud atau arti, sebuah kepercayaan, ajaran, atau sistem yang
mengatur tata cara peribadatan pada Tuhan dan hubungan antar manusia yang
dianut oleh seseorang. Maka ajaran agama memegang peran yang penting sehingga
seseorang yang beragama pasti akan selalu berbuat kebaikan, karena mereka tahu
bahwa semua perilaku akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Oleh karena
hal tersebut, seseorang dianjurkan memeluk agama agar berperilaku terpuji
kepada sesesama umat manusia. Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan
sebagai jalan hidup. Yakni bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya
diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bergaul, beribadah
sudah ditentukan oleh aturan atau tata cara agama.
Islam menurut bahasa: kata Islam
berasal dari bahasa Arab, yakni Islam. Islam kata turunan (jadian) yang
berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah), berasal dari
kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam
mim. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak
tercela dan tidak cacat. Dari kata di itu terbentuk kata masdar salamat
(yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari akar kata itu juga
terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan,
penyerahan (diri). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti yang
dikandung perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselataman,
penyerahan (diri), ketaatan, dan kepatuhan. Dari perkataan salamat, salm
tersebut timbul ungkapan “Assalamualaikum” yang telah membudaya dalam
masyarakat Indonesia. Artinya (mengandung doa dan harapan) semoga anda selamat,
damai, sejahtera.
Demikianlah analisis makna perkataan
Islam. Intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati
kepada kehendak Ilahi. Kehendak Ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati
oleh manusia itu, manfaatnya, bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk
kemaslahatan atau kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya. Kehendak Allah
telah disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya
berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji selengkapnya dalam Alquran.
Rasul-pun tela memberi penjelasan, petunjuk, dengan contoh bagaimana memahami
dan mengamalkan ayat-ayat Alquran dengan Sunnah beliau.
#Agama Islam adalah agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad, berpedoman pada kitab suci Alquran yang
diturunkan ke dunia melaui wahyu Allah SWT.
#Agama Islam merupakan satu sistem
akidah dan syariah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam
berbagai hubungan. Ruang lingkupnya lebih luas dari ruang lingkup agama Nasrani
yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, agama Islam tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan manusia dengan
manusia dalam masyarakat termasuk dengan diri sendiri dan alam sekitarnya yang
kita kenal dengan lingkungan hidup.
Memahami ajaran Islam dengan
sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Setiap muslim dan
muslimah mempunyai komitmen terhadap Islam, intinya terdapat dalam Alquran
surat al-‘Asr. Artinya lebih kurang: ”Demi waktu. Sesungguhnya
manusia senantiasa berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, saling nasihat-menasihati tentang kebenaran dan saling berwasiat
dengan kesabaran”.
Berpangkal tolak dari surat al-‘Asr,
ada lima komitmen atau keterikatan seorang muslim dan muslimah terhadap Islam.
Komitmen itu adalah:
1. Menyakini, mengimani
kebenaran agama Islam seyakin-yakinnya.
2. Mempelajari, mengilmui
ajaran Islam secara baik dan benar.
3. Mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
4. Mendakwahkan, menyebarkan
ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi yang meyakinkan dengan
bahasa yang baik, dan
5. Sabar dalam berislam, dalam
menyakini, mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan agama Islam, agama yang
diridhai Allah, agama yang kita peluk bersama, agama yang menyelamatkan
kehidupan kita di dunia ini dan membahagiakan hidup kita di akhirat kelak.
B.
Ruang
Lingkup Agama dan Agama Islam
Ruang Lingkup
Agama secara umum adalah hal-hal yang menjadi pedoman pokok bagi agama
tersebut antara lain adalah:
1.
Keyakinan (credial), yaitu
keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan
mencipta alam.
2.
Peribadatan (ritual), yaitu tingkah
laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai
konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3.
Sistem nilai yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan
keyakinan nya tersebut.
Adapun Ruang Lingkup Agama Islam sendiri pada
dasarnya terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiganya,
meskipun mempunyai pengertian yang berbeda, tetapi dalam prakteknya saling
terkait dan tidak bisa dipisahkan.
1.
Iman artinya membenarkan
dengan hati, merealisasikan (mewujudkan) dalam perkataan dan perbuatan akan
adanya Allah SWT dengan segala Ke-Maha Sempurnaan-Nya, para malaikat,
kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Akhir, serta Qadha dan Qadar.
2.
Islam artinya
taat, tunduk, dan menyerahkan diri atas segala ketentuan yang telah ditetapkan
Allah SWT. Rukun Islam terdiri atas Syahadatain (dua kalimah syahadat),
Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji.
3.
Ihsan artinya
berakhlak dan berbuat saleh sehingga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan sesama makhuk dilakukannya dengan penuh keikhlasan.
Seakan-akan Allah menyaksikannya sepanjang waktu.
Dari
penjelasan di atas, Agama Islam memiliki tiga Ruang Lingkup yang saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan sehingga bisa juga disebut dengan 3 Ruang Lingkup
Agama Islam.
Kemudian,
yang termasuk muamalah dengan sesama makhluk adalah sebagai berikut :
·
Bermuamalah dengan manusia dalam
kaitanya dengan Rasul, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, antar
bangsa, dan sebagainya. (Q.S Al Hujuraat : 13 dan Al Maa-idah : 2)
·
Bermuamalah dengan hewan,
tumbuhan, dan alam semesta. (Q.S Ibrahim : 19; Ali Imran : 191; Luqman :
20; Al Mu'minuun :71 dan Ar Ruum : 41).
Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan
perwujudan diberlakukan nya fungsi-fungsi Islam dalam kehidupan manusida dan
masyarakat yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu untuk memahami
fungsi-fungsi atau kedudukan Islam dalam kehidupan, berikut ini penjelasannya :
1.
Islam
Sebagai Agama Allah. Fungsi Islam sebagai agama Allah dinyatakan dalam
predikatnya yaitu dienul haq (agama yang benar), dimana kehadiran dan kebenaran
agama Islam nyata sepanjang zaman. Islam juga dinyatakan sebagai dinul khalis
yang berarti kesucian dan kemurnian serta keaslian Islam terjaga sepanjang
masa.
2.
Islam
sebagai Panggilan Allah. Allah memanggil orang yang beriman dan bertakwa kepada
Islam dengan mengutus Rasul-Nya membawa Islam agar supaya disampaikan dan
diajarkan kepada manusia . Oleh karena itu para rasul dan para pengikut nya
yang setia hanya mengajak manusia kepada Islam.
3.
Islam
sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah. Allah menjadikan Islam sebagai ”rumah”
yang disediakan bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa agar mereka hidup
sebagai keluarga muslim. Dengan demikian Islam merupakan wadah yang
mempersatukan orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan
agama Allah dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
4.
Islam
Sebagai Jalan yang Lurus. Orang yang beriman dan bertakwa yang memenuhi
panggilan Allah kepada Islam, tetap dalam Islam melaksanakan ajaran Islam,
karena mereka tahu dan mengerti bahwa Islam itu agama Allah. Merekalah yang
sedang berjalan pada jalan Allah yaitu sirathal Mustaqim(jalan yang lurus).
5.
Islam
Sebagai Tali Allah. Sebagai tali Allah, Islam merupakan pengikat yang mempersa-
tukan orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama
Allah.
1.
Din berarti
“agama” Al-Fath : 28
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُ ۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُ
ۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدً۬ا
Artinya :
Dia-lah yang
mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
2.
Din berarti “ibadah” surat Al-Mukminun :
14
ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةً۬ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةً۬
فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَـٰمً۬ا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَـٰمَ لَحۡمً۬ا ثُمَّ
أَنشَأۡنَـٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَـٰلِقِينَ
Artinya :
Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
[berbentuk] lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
3.
Din berarti “kekuatan” surat Luqman 32
وَإِذَا غَشِيَہُم مَّوۡجٌ۬ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ
ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّٮٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ فَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٌ۬ۚ وَمَا
يَجۡحَدُ بِـَٔايَـٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ۬ كَفُورٍ۬
Artinya :
Dan apabila mereka
dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan,
lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus [2]. Dan tidak ada yang
mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
4.
AL-IMRAN 85
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ
فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ
Artinya :
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
[agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
C.
Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Klasifikasi:
penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar
yang ditetapkan. Mengklasifikasi: menggolong-golongkan menurut jenis; menyusun
ke dalam kelompok.
Menurut sumber
ajaran suatu agama, agama-agama dapat dapat dibagi menjadi dua:
1.
Agama wahyu (revealed religion)
yang kadang-kadang disebut juga dengan agama langit.
2.
Agama budaya (cultural religion
atau natural religion) yang kadang-kadang disebut juga agama bumi atau
agama alam.
Adapun
ciri-ciri masing-masing agama adalah:
1.
Agama wahyu dapat
dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu disampaikan malaikat jibril
kepada Rasul atau Nabi, pada waktu itulah agama wahyu itu lahir. Agama
budaya tidak dapat dipastikan kelahirannya karena mengalami proses
pertumbuhan sesuai dengan proses pertumbuhan kebudayaan masyarakat atau
perkembangan pemikiran manusia yang memberikan ajaran agama budaya itu.
2.
Agama wahyu disampaikan
kepada manusia melalui Utusan atau Rasulullah, yang bertugas selain
menyampaikan, juga menjelaskan wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan
upaya. Agama budaya tidak mengenal utusan atau Rasulullah. Yang
mengajarkan agama budaya adalah filsuf atau pemimpin kerohanian atau
pendiri agama itu sendiri.
3.
Agama wahyu mempunyai
kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan Allah. Wahyu yang ada
dalam kitab suci itu tidak boleh berubah atau diubah. Agama budaya tidak
mempunyai kitab suci. Agama budaya yang telah berperadaban mungkin mempunyai
kitab suci, namun isinya dapat berubah karena perubahan filsafat agama atau kesadaran
agama masyarakatnya.
2.
Ajaran agama wahyu mutlak
benar karena berasal dari Allah Yang Maha Benar, Maha Mengetahui
segala-galanya. Karena itu pula kebenarannya tidak terikat pada ruang dan
waktu. Sedangkan ajaran agama budaya kebenarannya relatif, terikat
pada ruang dan waktu tertentu.
3.
Sistem hubungan manusia dengan
Allah, dalam agama wahyu, ditentukan oleh Allah sendiri dengan
penjelasan lebih lanjut oleh Rasulullah. Sistem hubungan ini tetap tidak
berubah bagaimanapun dahsyatnya perubahan karena perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Sistem hubungan manusia dengan Tuhan dalam agama
budaya berasal dari akal berdasarkan kepercayaan dan pengetahuan
serta pengalaman manusia yang senatiasa berubah atau bertambah.
4.
Konsep ketuhanan agama wahyu ialah
monoteisme (paham yang mempercayai hanya satu Tuhan) murni sebagaimana
yang disebutkan dalam ajaran agama langit itu. Konsep ketuhanan agama
budaya, karena disusun oleh akal manusia, berkembang sesuai dengan
perkembangan akal manusia mulai dari dinamisme (kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup) sampai kepada monoteisme
tidak murni atau monoteisme terbatas.
5.
Dasar-dasar ajaran agama wahyu bersifat
mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia. Sedangkan dasar-dasar agama
budaya bersifat relatif karena ditujukan kepada manusia dalam
masyarakat tertentu yang belum tentu sesuai dengan masyarakat lain.
6.
Sistem nilai agama wahyu ditentukan
oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan.
Yang bernilai baik diwajibkan agar manusia memperoleh keselamatan dan
kebahagian. Yang bernilai buruk dilarang atau diharamkan-Nya untuk mencegah
kecelakaan dan penderitaan manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
Nilai-nilai agama budaya ditentukan oleh manusia sesuai dengan
cita-cita, pengalaman serta penghayatan masyarakat yang menganutnya.
Nilai-nilai itu mungkin sesuai untuk suatu masyarakat pada suatu masa tertentu,
mungkin juga harus diubah lagi di suatu masyarakat pada masa lain.
7.
Agama wahyu menyebut
sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan kebenaranya oleh ilmu pengetahuan
(sains) modern. Demikian juga dengan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu
dibuktikan kebenarannya oleh sejarah, sedangkan ramalan tentang peristiwa yang
akan datang kebenaranya akan dibuktikan oleh pengalaman manusia. Hal-hal yang
disebutkan agama budaya tentang alam sering dibuktikan kekeliruan oleh
sains. Demikian pula pemberitaannya tentang peristiwa-peristiwa sejarah. Sedang
ramalan-ramalannya tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang sering tidak
sesuai dengan pengalaman manusia.
8.
Melalui agama wahyu, Allah
memberi petunjuk, pedoman, tuntunan, dan peringatan kepada manusia dalam
pembentukan insan kamil, yaitu manusia sempurna, manusia baik yang
bersih dari noda dan dosa. Pembentukan manusia menurut agama budaya
disandarkan pada pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya yang belum
tentu diakui oleh masyarakat lain yang berbeda cita-cita, pengalaman dan
penghayatannya.
D.
Hubungan
Antara Agama Islam dan IPTEK
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk
maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research
dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai positif dan negatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana
misalnya: modern industri, komunikasi, dan transportasi, terbukti amat
bermanfaat. Setelah ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan
sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan,
hanya bisa 23 tusukan per menit. Dahulu orang naik haji dengan kapal laut bisa
memakan waktu 17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat
terbang kita hanya perlu 12 jam saja untuk sampai ke Jeddah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
mempunyai dampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan
martabat manusia. Misalnya : bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di
Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang
sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan
pada manusia (human cloning). Teknologi internet disalah gunakan sebagai sarana
untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses
pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi
sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar
kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak
negatifnya semiminal mungkin ?.
Pengertian Teknologi
Teknologi
adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang
kepada pengetahuan ilmu‑ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu.
Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang
berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin dsb).
Istilah
teknik, berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan
keahlian. Secara luas, teknik adalah semua manifestasi dalam arti materiil yang
lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna
mempertahankan kehidupan. Dalam arti klasik teknik adalah ilmu pengetahuan
dalam pengertian luas, yang bertopang kepada ilmu‑ilmu alam dan eksakta yang
mewujudkan ilmu‑ilmu : perencanaan, konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat
guna, dan sebagainya dari semua bangunan teknik, sipil maupun militer.
Hubungan
Agama dan IPTEK
Berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama,paradagima sekuler, yaitu paradigma yang
memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi
sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan .Agama tidak dinafikan
eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia
dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini
memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang
lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari
ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu
tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa
berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip
dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler,
agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi
hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam
paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada
dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan paradigma sosialis ini,
maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang
memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi
basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa
yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits– menjadi qa’idah fikriyah (landasan
pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).paradigma ini
memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah
Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat pertama
surah Al’Alaq ayat yang artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan.” Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu
tidak boleh lepas dari Aqidah Islaminilah paradigma Islam yang menjadikan
Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah
yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas
dalam iptek.
Peranan Islam Dalam IPTEK
Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu
aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah
paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw. Paradigma
Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini, bukan
paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma sekuler inilah yang bisa
menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam
diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal
haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap
diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan
muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan
Aqidah Islam. Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi, perlu perubahan
fundamental dan perombakan total. Mengganti paradigma sekuler yang ada saat
ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam yang seharusnya
dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Konsep iptek wajib
bersumber kepada al-Qur`an dan al-Hadits. Jika suatu konsep iptek bertentangan
dengan al-Qur`an dan al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya
saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari
organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam
menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang.
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi
hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah
SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia
sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya
sebagaimana Teori Darwin.
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah
bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Kontras dengan
ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang
bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Selama sesuatu itu
bermanfaat, yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan
absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat
mengaplikasikan iptek secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan
bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh
ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat
moralitas ,mengkloning manusia manusia, mengekploitasi alam secara serakah
walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya. Karena itu,
sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan
standar yang benar. yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang
ilmu-Nya. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang
bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.
Integrasi Pendidikan Iman,Takwa,dan IPTEK
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan
memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat
manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah swt.
Sebaliknya, tanpa asas iman dan takwa, iptek bisa disalah gunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar
modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat
sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan
nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan
sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan iman dan takwa dan
nilai-nilai surgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada
salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat
sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan
manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, iman dan takwa menjadi landasan dan dasar
paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa
dasar iman dan takwa, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek,
dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha
Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa
selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi iman dan takwa dan iptek
harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang
dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan
kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita
panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).
Alasan Umat Islam harus menguasai IPTEK
1.
Ilmu pengetahuan yang berasal dari
dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa
dipungkiri.
2.
Negara-negara barat berupaya
mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang
tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan
umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori
persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan
akhirnya bertengkar sendiri
No comments:
Post a Comment